Agustus 17, 2009

Pelitaku

Tak seorangpun mampu melenyapkan segala letih yang mampir di sekujur tubuhku,
Tidak juga dirimu.
Aku bukan sedang meragukanmu sebagai pelita kecil yang selalu menari-nari di pelupuk mataku,
melakukan meditasi kecil-kecilan untuk membantuku sembuh kembali, atau sekejap kau ingin ku pulih dengan sejuta senyum bahagia sebagai tanda bahwa kau telah bermetamorfosis sebagai sesosok malaikat kecil di hadapanku.
Sayangnya, bukan itu yang aku butuhkan!
Letihku ini layaknya tumpukan rongsokan yang tak dengan mudah diperbaiki seperti sedia kala,
Letihku ini menggerogoti milyaran sel-sel syaraf, menyisakan perihnya luka yang tak kuasa ku lukiskan dengan indahnya kata maupun kasarnya sebuah caci maki,
Kata yang semula bernyawa, ternyata kini telah mati tak berdaya,
Aku letih, sangat letih!
Kehadiranmu yang berusaha menambal segala bentuk kubangan yang menganga dengan kerikil-kerikil cinta, tetap tak mampu membuatku menjadi lebih baik,
Kerikil-kerikil itu dengan mudahnya bergulir jauh seolah tak mampu membalut kubangan-kubangan keletihanku.
Tapi semua itu bukanlah salahmu,
dan ku tak pernah ingin menyalahkanmu, pelita kecilku!
Ku tak akan memaksamu menghapuskan lelahku jika kau tak mampu,
Ku hanya ingin kelak ada sebuah pelita indah yang terus berpijar tiada redup,
menerangi setiap malamku, menyudahi bayangan masa laluku, menyinari kegelapan mata hatiku,
Ku ingin pelita itu kelak setia disampingku, membantuku menghilangkan segala letih, menutup segala luka dan mendengarkan celoteh kegundahan dan kebahagiaan dalam tiap guratan hidupku.
Pelitaku adalah dia yang tiada sempurna namun berhati sesempurna malaikat kecilku.
Pelitaku adalah dia yang tiada lelah melindungiku, menghargaiku, menghormatiku sebagai gadis kecil yang ia sayangi dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa.

Aku akan menunggu pelitaku yang suatu saat akan datang pada saat yang tepat dan waktu yang indah.

Tuhan, ku tak ingin kesempurnaan yang hanya sebuah ilusi belaka, maka biarkan ku dapatkan dirinya yang biasa saja dengan hati yang sempurna. Izinkan ku memilikinya.


cynicaL's

Galau

Kutuangkan segala resah yang memuncak,
entah dimana ku akan melimpahkan semuanya.
asa itu terdestruksi secara berlahan, membuat ketegaran itu sirna dan terseok jauh ke sebuah ruangan yang terisolasi...
ingin menjerit...
tapi tak juga kuasa...
terombang-ambing dalam kegalauan..
ingin ku hancurkan semua yang ada di depan mata...
ingin ku bakar apa-apa yang membuat raga ini tersiksa...
kini letih saja yang kurasa...
seperti sedang melakukan perjalanan jauh yang tak juga kudapati tempat pemberhentian...
ku bukan diriku yang dulu...
tersadar oleh banyak hal, membuatku mulai berbelok arah...
arah yang membuatku menjadi seorang penumpuk amarah...
penumpuk kegalauan...
pengoleksi resah...
serta pencipta sebuah pembalasan yang tak seharusnya ada...
setan-setan berkuasa dengan gegap gempita,
membiarkan si pendosa tetap mengikuti alur yang mereka ciptakan..
dan malaikat kecilku, telah hilang atau mungkin tak kuasa menghalangiku...
sepertinya aku terperangkap di dalam jaring laba-laba..
menjadi mangsanya yang tak berdaya...
akh, entah apa ini semua...
aku sendiri tak tau, aku tak tau apa yang aku tulis, aku pikirkan, aku katakan dan apa yang terjadi..
jika setan alas sedang bersamaku, jangan terlalu lama...
karena aku lelah bersamamu...pergilah secepatnya kau SETAN ALAS!


cynicaL's

cukup sudah

cukup sudah

aku tidak mengetahui apa arti tatapan itu...
aku tak ingin berhipotesis terlalu jauh pada sebuah kondisi yang tak pasti...

cukup sudah...

aku lelah dengan pikiranku yang selalu bekerja setiap detik, memaksaku untuk mempercayai, memaksaku untuk menanti, memaksaku untuk memulai lagi...

cukup sudah...

aku lelah dengan segala permainan yang kau ciptakan dan menjadikan aku sebagai karakter didalamnya, yang bisa kau operasikan setiap waktu kau membutuhkan kesenangan atau sekedar melepas lelah yang menyerang...

cukup sudah...

aku ingin lepas dari semua tentangmu, aku ingin kembali lagi menjadi diriku yang dulu, aku ingin segera keluar dari belenggumu...

cukup sudah...

aku lelah dengan permainanmu yang mengangkatku jauh tinggi lalu kemudian membantingku dengan sangat keras...
ketika ku bangun dan tersadar, kau mengacaukannya lagi dengan permainan katamu yang lekang oleh waktu...

cukup sudah...

jangan kau gantungkan asa padaku jika kau hanya ingin mengacaukanku...
kau tidak tau bagaimana diriku dan keadaan mentalku...
kau tau aku menyayangimu, tapi kau jadikan celah kekacauan pikiranku sebagai media untuk membombardirku...

cukup sudah...

kau tau bagaimana menaklukkanku...
tapi kini kau tak bisa menghilangkan sugestimu padaku...
kau kini menjeratku dalam kesakitan yang sangat dalam...
membuatku terluka dan kali ini aku berpura-pura...

cukup sudah...

aku tak kuasa mengatakan semua...
karena kau telah ada mengatur semua...
aku hanya mampu berdoa dan menunggu dia yang ku nanti datang menyelamatkanku dan membuatku dewasa..


cynicaL's

Agustus 12, 2009

Malaikat Kecil

Malaikat kecilku...

Izinkan ku tuliskan setumpuk kegalauan dan amarah yang tak terungkap
Entah kenapa, ku tak lagi mampu menikmati indahnya malam,
tak kutemui peri-peri mungil yang dulu senantiasa mendengarkanku,
dan mengajakku pergi jauh menikmati jagat raya,
melupakan segala gundah,
mengobati semua luka,
mengusir penat dan gelisah,
menerobos malam dibawah cahaya bulan dan bintang
Sungguh ku sangat merindukan saat-saat itu

Malaikat kecilku...

Aku tau kau sangat marah padaku
Bukan ku tak mau mendengarkanmu,
tapi kata-kata setan kecil itu terlalu menggiurkanku,
membuatku hilang akal dan kendaliku
Tak urung dia membuatku menjadi begitu angkuh dan tak tahu diri,
dan terkadang itu sangat sungguh mengasyikkan...
Tapi kini,
ku rasa telah cukup aku dipermainkan dan mempermainkan

Wahai malaikat kecilku...

kembalilah kepadaku,
selamatkan diriku dari setan kecil itu,
biarkan aku bebas,
biarkan aku merasakan rasa yang telah lama hilang dari hidupku,
sadarkanku,
dan biarkan aku pergi...


cynicaL's (12/08/09)

Efek Eureka

Dulu...

Efek eureka selalu muncul setiap ku menatap senja dan bercinta dengan sang penguasa malam
Seperti menggelitik sel-sel syaraf, merangsang naluri untuk melukiskan estetika, dinamika, juga sebuah fatamorgana...
Menggerogoti setiap sel tanpa terkecuali,
Mencicipi nikmat dan pedihnya bersenggama dengan rasa dan logika.

Sekarang...

Efek eureka menjauh dari indahnya senja dan nikmatnya terjaga ketika sang malam tiba
semua terasa terdestruksi secara perlahan, tanpa terkecuali
bagaikan kehilangan sebelah tangan, sebelah kaki, sebelah mata, sebelah telinga...
lalu dimana kau menyembunyikan segala kenikmatan itu?
izinkan aku menemukannya...
jangan kau pergi terlalu jauh, karena kini ku membutuhkan semua itu..

Efek eureka yang membantuku mengobati luka-luka,
Efek eureka yang membantuku menambal lubang-lubang yang menganga...

Maka,
datanglah kembali...

hidupkan semua yang sempat mati
munculkan semua yang sempat hilang

kembalilah,
EFEK EUREKA...



cynicaL's