Februari 26, 2011

coffee and tea

::"Saya rasa saya membutuhkan secangkir teh hangat atau kopi hitam yang hangat. Oh tidak. Saya sedang tidak membutuhkan segelas air. Mungkin nanti"

:::"Kenapa? Air akan lebih menyegarkan dan membuatmu lebih baik"

::"Aku pernah dengar tentang keajaiban sebuah air, tapi aku sedikit tidak yakin apa itu benar?"

:::"Aku yakin karena aku pernah merasakannya"

::"Apa yang membuatmu begitu yakin?"

:::(terdiam)

::"Saat ini, aku hanya ingin merasakan sedikit pahit dan juga manis dalam satu tegukan. Bukankah itu megasyikan"

:::"Air akan lebih menyegarkan"

::"Mungkin kamu benar, tapi biarkan aku mencobanya sekali saja"

:::"Baiklah jika itu yang kau mau"

::(berlalu pergi)


"I guess I need a cup of hot tea or black coffee No. I don't need a glass of water right now"

Januari 01, 2011

Ayo ke dunia kami !

Sabtu awal tahun 2011. Seperti biasa, kami tidak pernah bosan melakukan perjalanan ringan menjelajahi sebuah mall yang sudah menjadi tujuan utama kami sejak setahun lima bulan yang lalu hingga saat ini. Bosan? Entah kenapa tidak. Mungkin karena kami selalu punya cara untuk membuat sebuah atmosfer menyejukan ditengah kericuhan sekitar. Bisa dibilang ini sebuah ritual sakral yang patut dijalani. Untuk mengikat dan mempererat. Untuk menyatukan perbedaan. Dan untuk memahami.

Mungkin hanya sekedar menyeruput segelas milo atau cappucino ditemani sebatang rokok. Tidak. Aku tidak akan membakar si-tembakau di mulutku. Dia yang terlihat sangat nikmat menghisap si-tembakau sembari kami berwisata verbal. Kami menikmatinya.

Tapi hari ini sedikit berbeda. Kami menjelajahi masa depan melalui artefak-artefak yang terpampang apik diruangan berukuran besar itu. Aku menikmati perjalanan itu. Membayangkannya saja sudah membuatku bergidik kegirangan. Seakan masa depan sudah ada di genggaman. Keasyikan merangkai rasa. Keasyikan memotret rona kesempurnaan. Abstrak. Tapi tidak ada salahnya. Kami akan mewujudkan keabstrakan itu suatu saat.

Ini yang membuatku bersemangat. Mimpi dan harapan. Hei, kadang manusia butuh bermimpi sebelum mewujudkannya. Apa salahnya aku bermimpi membangun istana megah dengan para penghuni yang bahagia. Itu bukan hal yang tidak mungkin. Semua mungkin.

Dan aku bisa mewujudkannya bersama dia.
Hmm...kalau aku bilang HARUS, tidak apa-apa kan?

Mendadak dangdut (baca: parno)

Ya, nasib di kosan sendiri. Berdiam diri di kamar pojok lantai atas. Untung saja masih ada secercah kehidupan dari balik jendela yang mengarah langsung ke luar. Beruntungnya saya. Kalo saya ada di kamar pojok lorong sebelah kiri? Waaah, apa kabar dunia? Merana. Hampa. Sengsara. dan bahaya.
Sedikit pengen berbagi, rasa-rasanya ada yang aneh dengan aura yang terpancar di lorong atas (baca: lorong kos putri). Saya sudah lama tidak merasakan aura ini. Mungkin tepatnya tidak ingin merasakannya (lagi). Sudah cukup kejadian beberapa tahun silam membuat bulu bergidik, mata tak terpejam, keringat dingin dan bercucuran air mata akibat ketakutan yang luar biasa.

Bukan suatau kejadian yang persis seperti tempo dulu, hanya saja kok tiga hari belakangan ada yang mengusik kenikmatan saya di dunia mimpi ya? Entah hanya sekedar kembang tidur atau itu usikan yang menyesatkan. Setiap malam harus gelisah dan terbangun dengan menangis tragis. Rasa takut itu nyata hanya saja tidak bisa berbuat apa-apa. Entah harus bersyukur atau sebaliknya. Tetap bersyukur karena semua itu mimpi.
Yang jelas saya akan merasa lebih bersyukur kalo kejadian seperti tempo lalu tidak terulang lagi sekarang. Sudahlah, saya tidak menginginkan sebuah 'anugerah' menyeramkan yang disebut-sebut sebagai indera ke sekian. Banyak yang bilang itu mukjizat dan anugerah yang maha kuasa. Tapi bagi saya justru sedikit mengganggu kenyamanan. Ya, apapun itu saya harap segera hilangkan dan biarkan saya normal Ya Tuhan. AMIN.

Ngomong-ngomong, bayangan-bayangan aneh juga sering mengganggu kenyamanan sepertinya. Mudah-mudahan hanya halusinasi semata karena mungkin saya terlampau kelelahan akibat rutinitas. Ya, semoga saja. Semoga hanya ilusi dan fatamorgana bukan realita.

Tapi, jika memang ada, Hei berhentilah menggangguku. Lebih baik jaga aku. Hmm...