Januari 01, 2011

Mendadak dangdut (baca: parno)

Ya, nasib di kosan sendiri. Berdiam diri di kamar pojok lantai atas. Untung saja masih ada secercah kehidupan dari balik jendela yang mengarah langsung ke luar. Beruntungnya saya. Kalo saya ada di kamar pojok lorong sebelah kiri? Waaah, apa kabar dunia? Merana. Hampa. Sengsara. dan bahaya.
Sedikit pengen berbagi, rasa-rasanya ada yang aneh dengan aura yang terpancar di lorong atas (baca: lorong kos putri). Saya sudah lama tidak merasakan aura ini. Mungkin tepatnya tidak ingin merasakannya (lagi). Sudah cukup kejadian beberapa tahun silam membuat bulu bergidik, mata tak terpejam, keringat dingin dan bercucuran air mata akibat ketakutan yang luar biasa.

Bukan suatau kejadian yang persis seperti tempo dulu, hanya saja kok tiga hari belakangan ada yang mengusik kenikmatan saya di dunia mimpi ya? Entah hanya sekedar kembang tidur atau itu usikan yang menyesatkan. Setiap malam harus gelisah dan terbangun dengan menangis tragis. Rasa takut itu nyata hanya saja tidak bisa berbuat apa-apa. Entah harus bersyukur atau sebaliknya. Tetap bersyukur karena semua itu mimpi.
Yang jelas saya akan merasa lebih bersyukur kalo kejadian seperti tempo lalu tidak terulang lagi sekarang. Sudahlah, saya tidak menginginkan sebuah 'anugerah' menyeramkan yang disebut-sebut sebagai indera ke sekian. Banyak yang bilang itu mukjizat dan anugerah yang maha kuasa. Tapi bagi saya justru sedikit mengganggu kenyamanan. Ya, apapun itu saya harap segera hilangkan dan biarkan saya normal Ya Tuhan. AMIN.

Ngomong-ngomong, bayangan-bayangan aneh juga sering mengganggu kenyamanan sepertinya. Mudah-mudahan hanya halusinasi semata karena mungkin saya terlampau kelelahan akibat rutinitas. Ya, semoga saja. Semoga hanya ilusi dan fatamorgana bukan realita.

Tapi, jika memang ada, Hei berhentilah menggangguku. Lebih baik jaga aku. Hmm...

0 comments: