Januari 26, 2010

Planet Aurora

-->
Aurora adalah sebuah planet indah yang senantiasa dilimpahi milyaran sel-sel cahaya yang tak pernah redup. Cahaya yang dipancarkan Aurora bukan berasal dari sebuah mesin raksasa berkekuatan listrik yang dipaksa beroperasi setiap waktu untuk menyinari cakrawala, juga bukan dari sebuah penemuan-penemuan unik dari tokoh-tokoh dunia yang melegenda, tapi sel-sel cahaya yang dimiliki oleh Aurora adalah cahaya murni yang datang dari setiap makhluk yang hidup di dalamnya. Setiap sudut planet ini memancarkan kehangatan dari setiap bulir cahaya yang terpancar, tak ada kegelapan yang menyelimuti planet ini sehingga mereka tidak pernah mengenal malam yang suram tanpa secercah cahaya. Namun, Aurora tidak akan menjadi sedemikian hangat dan indahnya tanpa bantuan Ratu cahaya, Luminiferos yang tidak hanya memberikan cahaya dan kehangatan bagi planet dan makhluk-makhluknya, namun dia juga yang membantu setiap makhluknya untuk menemukan dan mengendalikan cahaya alami yang ada dalam diri mereka. Sehingga semua makhluk yang hidup di planet ini memiliki intensitas dan karakteristik cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan elemen genetika dan naluri masing-masing makhluk, yaitu Aura. Setiap makhluk memiliki aura sebagai identitasnya. Tanpa Ratu Cahaya, makhluk-makhluk Aurora tidak akan mampu menemukan Aura-nya dan mereka dapat menghancurkan alam semesta karena kekuatan cahaya yang mereka miliki tak terkendali secara baik. Setiap makhluk planet Aurora memiliki Aura yang terlahir dari sebuah elemen genetika yang tidak serupa. Elemen genetika ini merupakan bentuk metamorfosis genetis yang diwarisi oleh nenek moyang mereka secara turun temurun. Mereka yang terlahir dari elemen genetika tanah, akan hidup sebagai makhluk ber-aura cokelat yang membawa sifat sebuah kesuburan. Makhluk-makhluk inilah yang kemudian akan memberikan kesuburan bagi seluruh penjuru planet. Sedangkan mereka yang terlahir dari elemen genetika air akan hidup sebagai makhluk ber-aura biru yang membawa sifat ketenangan, kedamaian dan keberuntungan. Kemudian makhluk-makhluk yang terlahir dari elemen genetika api akan hidup sebagai makhluk ber-aura merah yang membawa sifat kebangkitan dan semangat hidup. Seluruh elemen genetika dan aura yang telah dianugerahkan kepada makhluk-makhluk Aurora itulah yang kemudian menjadikan sebuah kehidupan baru di alam semesta, kehidupan yang suci dan menawarkan sebuah kedamaian dan kenikmatan abadi yang tak ternilai. Namun, segala bentuk kesempuraan itu akan terus bertahan apabila setiap makhluk planet ini mengikuti sabda yang telah dituliskan dalam kitab Enduros oleh Luminiferos sebagai sang penguasa Aurora bahwa setiap makhluk memiliki elemen dan aura masing-masing yang wajib dipertahankan kemurniannya hingga mati. Mereka dilarang keras memiliki keturunan yang berlawanan elemen dan aura, dan jika salah satu dari mereka melanggar sabda Ratu, maka kutukan Ratu kegelapan, Darkinos akan berlaku bagi seluruh penjuru Aurora dan jika itu terjadi artinya tidak akan ada lagi indahnya cahaya keabadian di planet tersebut, Aurora.
**
Dan, tanda-tanda kehancuran Aurora mulai tercium Darkinos sejak penyimpangan genetis yang dilakukan oleh Flamines dan Solines. Flamines yang ber-aura merah tanpa sengaja telah jatuh cinta dengan Solines yang berasal dari komunitas ber-aura cokelat. Tak ada yang mengetahui hubungan mereka hingga akhirnya mereka melahirkan seorang gadis manis hasil persilangan genetis dari nenek moyang yang berbeda. Gadis itu diberi nama Candilos. Rambutnya yang berwarna kuning ke oranye-oranyean tergerai indah di atas bahunya, dan tubuhnya yang kuning langsat merupakan perpaduan dari kedua orang tuanya sehingga Candilos mewarisi aura kuning keemasan dalam dirinya, seperti lilin. Aura yang belum pernah ada di planet Aurora. Luminiferos yang mengetahui hal ini sangat marah dan kecewa terhadap Flamines dan Solines yang tidak bisa mematuhi sabda yang telah tertulis berjuta-juta tahun lamanya. Aurora berada di ambang kehancurannya. Alam Aurora yang semula bercahaya sedikit demi sedikit menunjukkan perubahannnya. Kutukan kegelapan Darkinos mulai menyelimuti Aurora. Makhluk-makhluk Aurora merasa sesak dan kehabisan banyak udara karena cahaya sebagai sumber kehidupan mereka sedikit demi sedikit tersedot oleh Darkinos. Luminiferos berusah dengan keras melawan Darkinos untuk mengembalikan Aurora seperti sedia kala. Dengan menyalurkan seluruh kekuatan aura dan cahaya yang ia miliki menembus pekat dan suramnya kegelapan yang dipantulkan Darkinos. Namun, semua itu sia-sia. Kekuatan kegelapan yang dimiliki Darkinos lebih besar sehingga mampu mengalahkan sang Ratu cahaya Luminiferos juga meluluhlantakkan seisi Aurora. Gelap dan tak bercahaya. Semua makhluk-makhluk penghuni Aurora telah musnah. Tak ada lagi kehidupan, dan mereka semua kembali kepada apa yang disimbolkan pada diri mereka. Mereka yang berasal dari tanah menjadi tanah, yang berasal dari air kembali menjadi air, yang berasal dari api kembali menjadi api, dan begitu seterusnya. Dan tak lagi bernyawa.
Namun, sebuah keajaiban telah terjadi, Candilos tetap hidup dan bernyawa dengan bentuk dan wujud yang sangat berbeda dari makhluk-makhluk Aurora yang telah tiada juga berbeda dengan dirinya sebelum kehancuran Aurora. Candilos kini berwujud lilin berukuran besar, dengan api yang terus menyala dan bercahaya. Candilos sangat terpukul melihat keadaan sekitarnya terlebih lagi ketika melihat kedua orang tuanya, Flamines dan Solines yang terbaring tak berdaya dihadapannya sebagai tanah dan api. Candilos tak bisa berbuat apa-apa karena meskipun ia bernyawa, namun tubuhnya tertanam kaku di tempat ia berpijak saat ini. Ia hanya bisa menangis dan terus menangis sehingga tanpa ia sadari sedikit demi sedikit tubuhnya meleleh akibat tangisannya. Semakin kuat Candilos menangis, maka kobaran api yang dihasilkan olehnya semakin besar dan lelehannya pun akan semakin banyak. Jika hal ini terus terjadi maka tubuh Candilos akan habis terbakar oleh dirinya sendiri. Menyadari hal ini, Candilos berusaha mengendalikan dirinya. Dia tidak ingin habis terbakar karena dia ingin senantiasa menyinari kedua orangtuanya yang telah tiada, dan berharap ada keajaiban yang kelak membangunkan kembali kedua orang tuanya tersebut.
**
Sementara itu, di planet Omega, planet yang makhluk-makhluknya disibukkan oleh berbagai pekerjaan, mulai dari memproduksi, menyimpan dan mendistribusikan makanan, menjaga keseimbangan dan kesuburan alam, serta memberikan penerangan untuk planet melalui sebuah lilin raksasa, selain itu masih banyak pekerjaan-pekerjaan lainnya. Dapat dikatakan bahwa Omega adalah planet tersibuk dan tak pernah tidur. Namun, para pekerja yang ada di planet ini tidak pernah merasa lelah karena mereka hidup dengan sumber penghidupan yang sangat tulus dan suci, yaitu cinta.
Pada suatu ketika, planet Omega sebagai pusat dari segala planet mengalami krisis besar-besaran. Sehingga banyak dari para pekerja kehilangan pekerjaan dan memilih untuk mengungsi ke planet lain yang menawarkan kehidupan lebih baik. Hal tersebut juga dialami oleh seorang pekerja lilin raksasa bernama Amores. Krisis energi membuatnya kehilangan pekerjaan. Lilin raksasa yang sudah menjadi sumber penerangan planet Omega selama beratus-ratus tahun ternyata tidak mampu lagi bertahan lebih lama. Usialah yang membuatnya luluh lantak. Selama satu bulan lebih Amores berkelana mencari planet yang tepat untuk melanjutkan hidupnya. Sudah banyak planet yang ia singgahi, tapi tak juga ada yang sesuai dengan hatinya karena semua planet yang ia datangi tidak memiliki cinta tulus seperti yang Amores dan Planet Omega miliki. Sampai akhirnya, perjalanan Amores berakhir di sebuah planet yang baru saja mengakhiri peradabannya oleh sebuah kutukkan. Planet itu adalah Aurora. Amores telah banyak mendengar tentang keindahan Aurora yang konon katanya adalah planet yang memberikan banyak keajaiban dan kesempurnaan bagi para penghuninya. Hanya saja, Amores belum sempat datang ke planet ini karena sebagian besar hidupnya ia berikan untuk mengabdi kepada Omega sebagai pekerja lilin raksasa. Kini, Aurora telah berubah dan berbeda jauh dari apa yang Amores dengar. Kegelapan dan dinginnya atmosfer yang tecipta serta puing-puing kehancuran yang tersisa telah membuat pesona Aurora hilang. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatian Amores, yaitu setitik cahaya kecil di kaki bukit Debora, yang berada di planet Aurora. Setitik cahaya ini-lah yang akhirnya memunculkan keyakinan Amores akan masih adanya harapan bagi Aurora untuk membagun kembali kehidupannya. Hal inilah yang kemudian membimbing hati Amores untuk berada disana, di planet yang konon adalah pusat keajaiban jagat raya. Amores akhirnya bertemu dengan Candilos dalam keadaan tubuh Candilos yang hampir habis meleleh. Candilos merintih tak berdaya atas pedih yang ia rasakan seraya menyerukan mantera-mantera berharap adanya sebuah keajaiban datang dari dewa-dewa penjaga alam semesta. Amores sangat getir melihat keadaan Candilos. Dengan segala kemampuannya, Amores berusaha menyembuhkan luka-luka Candilos dengan mengumpulkan kembali lelehan-lelehan tubuhnya dan menatanya kembali sehingga tubuhnya kembali sedikit lebih kokoh dari sebelumnya. Naluri dan kecintaan Amores terhadap pekerjaanya sebagai seorang pekerja lilin telah menyelamatkan kehidupan Candilos dan memberi harapan baru baginya.
“Terima kasih, kau telah menyelamatkanku”, ucap Candilos ketika telah merasa lebih baik. Amores hanya menjawabnya dengan tersenyum sambil terus mengumpulkan lelehan-lelehan tubuh Candilos yang tersisa. “Apa yang sebenarnya terjadi pada Aurora?”, tanya Amores. Dengan kesedihan yang mendalam, Candilos menceritakan semuanya. Candilos tak henti-hentinya menyalahkan dirinya. Setiap kata yang Candilos keluarkan senantiasa disertai dengan tangisan pilu, yang menyebabkan kobaran api pada tubuhnya semakin besar sehingga semakin cepat pula tubuh Candilos meleleh. Amores sangat terpukul dengan apa yang terjadi pada dirinya dan Aurora, dan dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang Amores menenangkan Candilos. Dipeluknya tubuh Candilos sehingga kobaran api yang semula menyala sangat besar, berangsur redup. “Tak ada gunanya lagi aku hidup disini. Aurora tidak akan pernah kembali seperti sedia kala”, Candilos tampak letih dan putus asa karena ia tidak mampu melakukan apa-apa selain memberikan cahaya pada planet yang sudah mati itu, dan baginya, cahaya yang ia miliki cepat atau lambat akan segera habis jika tidak ada yang membatunya untuk menyusun kembali setiap lelehan tubuhnya. Keajaiban yang ia nantikan juga tak kunjung datang sehingga ia berpikir untuk membiarkan hidupnya berakhir layaknya makhluk-makhluk Aurora yang lainnya. Mendengar keputusasaan Candilos, Amores tidak bisa tinggal diam karena ketika Amores menginjakkan kakinya ke Aurora, ia dibekali dengan sebuah keyakinan bahwa planet inilah yang pantas bagi kehidupannya, dan planet ini menawarkan banyak keajaiban dan cinta yang mampu mengisi kembali kekosongan jiwanya yang sempat hilang setelah ia meninggalkan Omega. Amores meyakinkan Candilos bahwa keajaiban itu pasti ada dan Amores berjanji bahwa ia akan selalu setia menemani Candilos melewati setiap detik menanti keajaiban itu tiba. Mendengar ketulusan hati Amores, Candilos melihat secercah harapan muncul dari dalam dirinya. “Kau hanya cukup menghangatkanku dengan cahaya mu, Candilos, karena hanya dengan cahaya yang kau miliki, aku dapat terus melanjutkan hidup”.
Sejak saat itu, Amores dan Candilos menjadi penghuni satu-satunya Aurora yang hidup berdampingan penuh cinta demi menanti datangnya sebuah keajaiban. Tanpa kenal lelah, Amores mengumpulkasn setiap lelehan-lelehan tubuh Candilos yang berusaha memancarkan sinarnya ke seluruh penjuru Aurora, berharap cahayanya tidak hanya menerangi bukit Debora, tapi juga seluruh pelosok Aurora. Ketika Candilos mulai redup dan tak bertenaga, maka Amores dengan cinta dan ketulusan hatinya akan kembali menyusun ulang lelehan-lelehan tubuh Candilos sehingga ia kembali berdiri tegak memberikan cahaya untuk gelapnya Aurora. Begitu juga sebaliknya, ketika Amores merasa lelah dan hampa, Candilos-lah yang akan memulihkannya melalui kehangatan cahaya yang ia miliki. Amores dan Candilos hidup dengan saling menopang dan membutuhkan. Mereka tidak pernah jenuh menanti sebuah keajaiban yang mereka yakin kelak akan datang dan mengubah semuanya. Ketulusan cinta dan kasih sayang-lah yang membuat mereka terus bersama dan tak kenal lelah mewujudkan mimpi mereka akan datangnya sebuah keajaiban.
**
Tahun demi tahun berlalu, dengan kegigihan Amores untuk terus mendampingi dan membantu Candilos agar tetap bertahan hidup, kini Candilos telah tumbuh menjadi sebuah lilin raksasa bercahaya sangat terang. Cahayanya kini mampu menyinari seluruh pelosok Aurora. Namun, kekuatan cahayanya yang terlampau besar-lah yang kemudian lambat laun menerobos pekatnya gelap sehingga menimbulkan sebuah ledakan yang luar biasa. Ledakan itu kemudian menghancurkan kegelapan yang sudah berpuluh-puluh tahun menanungi Aurora. Tidak hanya kegelapan yang terdestruksi secara sempurna oleh ledakan Candilos, tapi juga kekuatan Darkinos sebagai sang Ratu kegelapan secara bersamaan hancur tak bersisa. Candilos telah melenyapkan sang Ratu dan kutukannya. Namun, setelah kejadian itu, Candilos tidak bisa mengingat dan melihat apa-apa lagi. Semuanya gelap. Dimana aku? Apakah aku sudah mati?
**
Saat Candilos membuka matanya, ia sedang berada disebuah tempat tidur yang terbuat dari akar-akar panjang yang menjulur membentuk sebuah simpul dengan balutan daun-daunan hijau dan bulu angsa diatasnya. Gemericik air membahana di ruangan itu, seolah menjadi nyanyian-nyanyian kaum elf di rumah pohonnya yang indah. Tidak ada kegelapan disana. Semua makhluk kembali bercahaya dengan berbagai aura-aura indah tertangkap mata. Terlalu asyik menikmati apa yang ia lihat di sekelilingnya, Candilos akhirnya tersadar akan sesuatu bahwa ia bukan lagi sebuah lilin raksasa yang terpaku tak berdaya. Ia telah kembali menjadi Candilos, seorang makhluk penghuni Aurora seperti sedia kala, jauh sebelum kutukan kegelapan itu ada. Tapi, hatinya bertanya, apa yang telah terjadi, apakah dirinya sekarang sedang berada di surga, dimana Amores, apa yang terjadi dengannya…
Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, datanglah dua orang pria dan seorang wanita yang tidak asing bagi Candilos. Seorang pria ber-aura merah, seorang wanita ber-aura cokelat, dan seorang pria lainnya…tidak terlihat warna aura pada dirinya, siapa dia, sepertinya aku mengenalnya…
Mereka memandangi Candilos dengan senyuman yang sangat hangat. Butuh waktu beberapa menit bagi Candilos untuk mengingat dan menyadari semuanya. Yah, mereka adala Flamines, Solines, dan dia, pria tanpa aura adalah Amores. Candilos berlari dan memeluk mereka dengan eratnya. Apa ini semua mimpi? Jika ya, jangan biarkan aku terbangun dari mimpi indah ini. Melihat ekspresi Candilos, seakan Amores mampu membaca semua yang ada di pikirannya. “Ini semua bukan mimpi, Candilos. Keajaiban itu benar-benar ada”. Hati Candilos menjerit seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. “Kutukan itu telah tiada dan Aurora kembali seperti sedia kala”, Flamines menjelaskan. “Keajaiban itu tercipta dari kekuatan hati dan ketulusan cinta yang kalian miliki”, Solines menatap Amores dan Candilos secara bergantian. Candilos tak bisa berkata apa-apa, ia hanya menitikkan air mata dan kemudian memeluk Amores dengan erat. Tanpa Amores, Candilos tidak mungkin mampu membangun kekuatan menghancurkan kutukan yang menimpa Aurora, begitu juga sebaliknya. Mereka akhirnya bersatu dan hidup dalam kekalnya cinta selama-lamanya.
Ketulusan dan kesabaran yang dimiliki mereka berdua-lah yang telah mendatangkan sebuah keajaiban luar biasa bagi Aurora dan makhluk-makhluknya. Dan, sejak saat itu, Aurora tidak lagi terikat oleh sebuah kutukan, dan makhluk-makhluknya dapat dengan bebas hidup saling mencintai dan menyayangi tanpa dibatasi oleh sebuah aturan kesamaan genetis dan aura.
** The End** (26 January 2010)


**This story is dedicated to the one that will be my everlasting Amores. Yeah, that's you. You are my inspiration!**

written by : cynicaL's

11 comments:

Dewi Novita mengatakan...

hai.. boleh komen ya. ^^

mm.. ceritanya baguss loo.. Candilos n Amores.. so sweet abis.. mereka ketemu tuh bukan di masa2 yg indah.. tapi penuh penderitaan dan kesedihan, tapi mereka justru langsung yakin saat itu juga kalau mereka memang saling membutuhkan,, *jjiah, bahasa guee..

huahahaha..keren2.. planet Aurora, dan Omega~ ..pas banget dengan makna katanya.. good job!

share more y! dah!!

cynicaL's mengatakan...

hehehhe...
makasih banyak yah dew..
hmm, kira2 ada kurang atu cacatnya gak tulisan gw ini...
kalo ada tolong yah masukannya :)

siiip...
gw follow blog lu yaaa..
tar kita saling mengomentari deeeh :)

florence mengatakan...

wow.... kerens! Amores...tanpa aura..imajinasi yang liar kukira! karena yang kutahu selama ini Amor... ia punya aura yang hangat dengan nuansa jambu yang manis menggoda.bebaskan imajinasi dan teruslah untuk menulis dari hati.

neningludyasmoro mengatakan...

"sebuah keajaiban yang datang dr kesetiaan dan keyakinan! keputusasaan yg sirna karna cinta.. woow.. what an amazing story,cin!:)
hmm.. kayaknya kalo diksih kutipan dikit sebelum mulai cerita bagus deh hehe..
okay,tetap berkarya ya :DD

febdi.h mengatakan...

1. sebaiknya yang bersabda larangan itu ratu kegelapan, karena dia yg akan mengutuk para mahluk2nya kecuali ratu kegelapan bawahan ratu luminiferos
2. akan lebih baik dijelaskan jg posisi ratu kegelapan, karena dlm kitab enduros cuma luminiferos penguasa planet aurora,berarti yg lain tidak lebih hebat dr luminiferos, jd harusnya ia bisa mengatasi yg lain.
3.untuk cerita udah bagus..menurutku cyn, tapi alangkah lebih bagusnya ratu tidak ada yg mati, tapi ditarik kembali oleh dewa penjaga alam smesta..ntr klo aurora blik seprti smula..siapa donk yg jaga aurora (kecuali amores dan candilos diangkat dewa menjadi penggantinya)...
heehehe..sorry cyn klo kata2ku salah n kbnyakan comment..

aulia mengatakan...

mb tia, boleh jg ceritanya..
intinya tulus, setia, saling mendukung.
pertama baca awal2nya, aku kira cerita ttg tata surya. hehe
two thumbs up :)
bisa bikin cerita yg beda, imajinasinya baguss

aku follow yaa..

Unknown mengatakan...

wow...^^ ceritanya bagus deh...

hal pertama yang gw pikir pas baca : kaya cerita mitos ato dogeng2 gitu...

n nama2 yang ada dicerita ini pas banget!!

Great,,,keep goin'... kalo ada yang lain pengen baca lagi^^

~Louise~

yeahDgreen mengatakan...

wow cin. keren keren.
unsur pertama yang ngebuat ini unik; nama2nya.
jadi inget pelem avatar. apa jangan2 lo terinspirasi dari ni pelem juga? haha..
udah memennuhi kriteria dongeng banget. terlihat dari nama2nya dan setting, dan realita yang fiksi abis. bagus.
hmmm...gw ngerasa, plotnya terlalu cepet,cin. kayak yang tiba2 dia terbangun dari tidurnya trus tiba2 aja dunia udah berubah. mungkin it's better if you explain more how it can be happened. gimana prosesnya.kelanjutan para tokoh2 yang berkecimpung di dalemnya gimana nasibnya, kayak si Darkinos. gitu. emang sih inti dari semua itu kekuatan cinta, mungkin lebih asik lagi kalo diceritain di balik kekuatan itu apa dan gimana prosesnya. jadi, gak bikin penasaran; "Kok bisa yak?"
hahahag.gak masalah kok. namanya juga dongeng. selalu di luar nalar dan rasional.
begitu mungkin komentar gw. mungkin itu yang lo perluin kan? a less?
okeh. no problem at all.
good work, cin.

oya, ngemeng2 soal dongeng, gw jadi inget cerpen gw waktu jaman sma kelas 2 dulu. hahahag. malu gw bacanya. hahaha

bamby caulfield mengatakan...

“Terima kasih, kau telah menyelamatkanku”,

“Apa yang sebenarnya terjadi pada Aurora?”, koma diilangin coy diluar tanda kutip.

hmmmmm seandainya gua adalah penyuka cerita genre cinta-cintaan gini, gua pasti udah 'awwwwww'. masalahnya. gua nggak suka mbak cyn, jadi yang bisa gua kemukakan adalah; this one was okay.

eh ini buat tugas bikin dongeng ya? kalo begitu, this one was quite good. udah pas lah. semangat dongengnya. happy end-nya. moral yg bilang kita nggak boleh menyerah dan terus percaya akan kekuatan cinta. (sedikit males dengan yang terakhir D:)

mantep nih, saga gitu.

P.S mata gua sakit membaca di layar hitam dengan font ungu/pink. euh, mungkin bisa ganti layout jangan hitam? \o/

Sekar Chrisalit mengatakan...

cerita cinta dengan analogi tata surya.
cantiiiiik sekali :D
hemm. untuk saran sedikit, ada beberapa part yg alurnya terlalu lambat.
eh apa ya bahasanya? *bingung juga gw* haha
terkesan terlalu deskriptif gituu..
mungkin bisa dibuat lebih ngalir dan naratif tuturannya.
salah satu caranya hemm.. dengan lebih kronologis lagi kisahnya *ciri2 naratif tuh haha
well, mungkin bhs gw terlalu "writing" ya bhuahaha.
tp kira2 begitu lah.
oiaa sama warna font donk cyyyn.. diganti yg lebih terang :p
over all, well done :D

Anonim mengatakan...

hohohohoho ...
akhirnya aku datang ...
hahahahaha ..

komen ...

unik bgt chn critnya ...
trus sweet bgt c gmn amores mau ngebantu si candilos pdhl tanpa tw gmn wujud candilos yg sebenarnya ...
terharu ...

=may=

saran ... mbok ya bahasanya jgn mipa bgt ,,, tertohok gw ... hahahahahahaha ...

good job ...